Notification

×
Copyright © Best Viral Premium Blogger Templates


Iklan Beranda

Mengulas Sejarah, 6 Wakil dari Tanah Papua Berkunjung ke Kedaton Kesultanan Tidore

Tuesday 4 June 2024 | 19:00 WIB Last Updated 2024-06-05T01:03:11Z

Kunjungan perwakilan 6 provinsi dari Papua ke Kedaton Kesultanan Tidore, Selasa (04/6/2024)

Sinarmalut.com,
Tidore - Kedatangan rombongan dari 6 provinsi dari tanah Papua ke Kedaton Kesultanan Tidore di Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, mendapat sambutan hangat pada Selasa (04/6/2024).


Sebelumnya, para tamu istimewa dari tanah Papua ini bertandang ke Kota Ternate. Kedatangan mereka terkait rapat koordinasi UU otonomi khusus dengan turunannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 106 Tahun 2021. 


Setelah sehari pertemuan di Ternate, para tamu dijadwalkan berkunjung ke Kedaton  Kesultanan Tidore.


Salah satu perwakilan mengaku takjub dengan sejarah Kesultanan Tidore. Menurutnya, tanah Papua dan Tidore memang dikenal punya hubungan erat di masa lampau hingga sekarang.


"Kami dengar dan baca bahwa Sultan Tidore mempunyai peranan yang sangat penting terhadap Papua, sehingga hari ini kami orang Papua datang langsung dengar cerita dan melihat langsung Kedaton Kesultanan Tidore," ucap Sekretaris Daerah Kabupaten Nabire, Provinsi Papua, Pieter Erari.


Pieter mengisahkan, di abad ke 16, hubungan antara Papua dan Tidore sudah terjalin erat. Hal ini tentunya terus dijaga turun temurun demi memperkuat hubungan kedua daerah ini.


Senada disampaikan oleh Kabag Tata Laksana Provinsi Papua, Laurens Koibur yang mewakili Pj Gubernur Papua dan Sekretaris Daerah. Ia mengatakan Pemerintah Provinsi Papua di bawah Pj Gubernur dan Sekda, sudah melakukan kegiatan di Kota Ternate.


Kunjungan ke Kedaton Kesultanan Tidore ini sudah direncanakan namun berhubung Pj Gubernur dan Sekda sudah bertolak ke Papua sehingga pihaknya yang diutus ke Kedaton Kesultanan Tidore. 


"Tujuan dari kunjungan ini agar teman-teman bisa tahu, inilah kondisi Kedaton di Kesultanan Tidore, apa yang kami dapat di Kedaton ini akan menjadi bekal yang akan kami bagikan ke teman-teman di Papua," pungkasnya.


Lalu bagaimana hubungan Kesultanan Tidore dan Papua?



Dikutip dari laman maritimnews.com, Kesultanan Tidore merupakan salah satu kesultanan tua di Maluku Utara, memiliki sejarah panjang dalam proses penyatuan Indonesia. Kesultanan ini erat kaitannya dengan pulau paling timur Indonesia, yakni Papua.



Secara jelas sejarah Papua istilah berasal dari Bahasa Tidore. Kala itu, warga sering tertukar mengartikan Papua dari Bahasa Tidore yang artinya Papa ua. Arti dari istilah itu adalah tidak memiliki ayah atau orang tua. Padahal yang benar ialah Papo ua, yang berarti tempat yang jauh.



Karena bila pulau ini dianggap sebagai Papa ua, yang artinya tak memiliki bapak maka akhirnya identik dengan tanah tak bertuan. Artinya, siapa pun bisa memiliki Papua. 



Pulau Papua merupakan pulau yang jauh bagi orang-orang Tidore dahulu saat berlayar. Meskipun tercatat armada Tidore pernah tiba di Kepulauan Pasifik, namun tetap saja, bagi orang-orang Tidore tanah Papua menjadi daerah yang jauh di seberang lautan.



Beberapa sumber mengatakan, nama asli pulau itu ialah Irian sesuai pemberian Bung Karno yang diakronimkan Ikut Repuplik Indonesia Anti Netherland. Menurut informasi yang telah dihimpun sebelumnya, konon nama Irian itu berasal dari istilah Arab, Ar-Rayan, yang berarti Tanah Surga.



Mengingat pulau ini kaya akan sumber daya alamnya ditambah dengan panorama alamnya yang indah ibarat penggalan surga yang jatuh ke bumi. Di pulau itu pun terdapat burung surga, yakni cendrawasih.



Penyebutan Irian berasal dari kata Ar-Rayan. Karena menurut cerita para tetuah di Tidore, pulau ini dianggap jauh makannya disebut Papo ua yang pada akhirnya dialeknya berubah menjadi Papua.



Kesultanan Tidore yang berjaya pada masa pemerintahan Sultan Nuku, menurut berbagai sumber pernah mengangkat bala tentara laut asal Biak yang dipimpin oleh Gurabesi. Karena ketangguhan dan kecakapannya dalam memimpin perang laut, akhirnya Gurabesi dan pengikutnya diberikan tempat di daerah Raja Ampat.



Gurabesi kemudian diangkat menjadi raja di wilayah itu dan memiliki 4 orang anak yang masing-masing memimpin 4 pulau besar di gugusan kepulauan itu. Perlu diketahui, istilah Maluku berasal dari Bahasa Arab, Al Mulk, yang berarti negeri para raja. Hingga saat ini kepala suku atau kepala adat yang mendiami kepulauan Maluku disebut sebagai raja.



Menurut legenda setempat, konon pendahulunya banyak mengangkat orang menjadi raja di pulau-pulau hingga ke arah Maluku bagian tenggara bahkan Papua. Sehingga tidak heran jika Tidore disebut sebagai induk tanah adat Maluku.



Kembali ke persoalan Papua, yang kini setiap tanggal 1 Desember bagi orang-orang yang anti NKRI diperingati sebagai hari jadi Papua, karena di tanggal itu tahun 1961, Kerajaan Belanda telah memberikan kemerdekaan kepada Papua.



Pemberian kemerdekaan itu yang kemudian memancing kemarahan Bung Karno, yang selanjutnya mengeluarkan Tri Komando Rakyat (Trikora) pada 19 Desember 1961. Bung Karno menganggap bahwa Belanda telah mengingkari isi Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949, yang akan mengakui wilayah Indonesia seluruhnya dari Sabang hingga Merauke.



Sedangkan dalam isi konferensi itu, masalah Papua akan diselesaikan selambat-lambatnya 1 tahun kemudian. Namun dalam kurun waktu setahun itu tidak ada tindakan apa-apa dari Belanda.



Awalnya, Bung Karno mencoba secara diplomasi upaya pengembalian Irian Barat. Kemudian dilanjutkan dengan nasionalisasi aset Belanda hingga pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda pada tahun 1956. Bung Karno pun membentuk Provinsi Irian Barat yang beribukota di Soasio, Tidore, dengan Sultan Tidore saat itu, Zainal Abidin Syah, didaulat sebagai Gubernur pertama Irian Barat (Papua).



Hingga 1 Mei 1963 melalui prosesi perjuangan militer dan diplomasi di PBB, akhirnya Irian Barat resmi kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.



Berdasarkan kisah itu, sejak masa Sultan Nuku hingga Bung Karno, sejarah Papua begitu erat dengan Tidore. Maka dari itu, Sultan Tidore dari masa ke masa selalu dianggap sebagai Bapak oleh orang-orang Papua. *

  • Mengulas Sejarah, 6 Wakil dari Tanah Papua Berkunjung ke Kedaton Kesultanan Tidore
  • 0

Terkini