Sinarmalut.com, Tidore - Rencana pengusulan Tuan Guru Abdullah bin Qadi Abdussalam, seorang ulama asal Tidore yang berpengaruh di Afrika Selatan pada abad ke-18 sebagai pahlawan nasional semakin kuat.
Hal ini terlihat dari diskusi Indonesia-Afrika Selatan terkait ‘rencana pengusulan Tuan Guru sebagai pahlawan nasional’ yang digelar melalui zoom meeting, Jumat (20/12/24).
Diskusi tersebut dipimpin oleh host Yanuardi Syukur, dosen antropologi Universitas Khairun Ternate dan Abdul Kadir Ali, Dosen FISIP Universitas Nuku, Kota Tidore Kepulauan.
Keduanya baru saja kembali dari Cape Town, Afrika Selatan, dalam misi diplomasi budaya jalur rempah yang difasilitasi oleh Negeri Rempah Foundation dan Kemendikbud Ristekdikti pada 7-12 Desember 2024 lalu.
“Tuan Guru adalah satu dari sejumlah Ulama Besar Indonesia yang berperan penting dalam perkembangan Islam di Afrika Selatan, dan pengusulannya sebagai pahlawan nasional adalah bagian dari cita-cita lama yang terpendam,” kata Salahuddin Adrias, Wakil Walikota Tidore Kepulauan 2005-2010 membuka percakapan.
Yanuardi menambahkan, Studi tersebut, juga terkait dengan aktivitas Tuan Guru sebelum diasingkan ke Belanda (masa di Tidore dan Patani, Halmahera Tengah).
"Waktu di Cape Town, kami juga mendapat pesan dari seorang intelektual dan ulama di kampus IPSA agar intelektual Indonesia menulis terkait kehidupan Tuan Guru sebelum diasingkan ke Afrika Selatan,” tambah Yanuardi yang memaparkan materi “Faith, science and civilization as the basis of cultural relations between Indonesian and South African society” di Cape Town pada 11 Desember 2024 lalu.
Syeikh Muttaqin Rakiep dari Afrika Selatan yang hadir dalam diskusi tersebut menjelaskan, penelusuran jejak nasab keluarga ke Indonesia yang dimulai ayahnya, Al Haj Nurel Erefaan Rakiep, berupaya mengunjungi Tidore di tahun 1980 an, namun baru terlaksana pada 1992.
Setahun kemudian Syekh Muttaqin berkesempatan pergi ke Tidore dan mendapat perlakuan yang hangat dari pejabat serta tokoh masyarakat Tidore. Hasil telusurannya menunjukkan bahwa Tuan Guru adalah keturunan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dari Cirebon.
Sementara menurut sejarawan Universitas Khairun, Irfan Ahmad, mengaku kalau sejauh ini belum ada narasi yang kuat terkait Tuan Guru, sebab masih kekurangan narasi lokal. Senada dibenarkan, ilmuwan politik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) Aji Deni, yang menyarankan perlunya studi manuskrip. Pasalnya, saat ini masih banyak manuskrip koleksi Kesultanan Cirebon, Jawa Barat, yang penting untuk dipelajari.
“Kita perlu ke Cirebon, dan karena kita tidak memahami bahasa Sunda maka kita perlu ditemani penerjemah yang bisa membaca teks-teks bahasa Sunda tersebut,” ujar Aji Deni sembari menyarankan untuk melacak silsilah dan cerita leluhur Tuan Guru yang tersambung ke Sunan Gunung Jati tersebut.
Diskusi tersebut juga bersepakat terkait pentingnya mengkaji buku kompendium berjudul “Ma’rifatul Islam wal Iman” karya Tuan Guru, sebuah buku yang berisi berbagai panduan dalam berislam.
Selain itu, peserta diskusi bersepakat soal pentingnya menelusuri berbagai karya lainnya dari para sarjana dari dalam seperti yang ditulis Bunyamin Marasabessy berjudul “Tuan Guru: The Cape Muslim Philosophy Education System” di jurnal Makara Human Behavior Studies in Asia, Universitas Indonesia.
Selain itu, diskusi juga memandang perlu studi lanjut buku yang disunting oleh Professor Mohammad Haron dan Ardhya Erlangga Arby berjudul “Evaluating Syaikh Yusuf Al-Makassari and Imam ‘Abdullah Tidore's Ideational Teachings: Reinforcing Indonesia-South Africa Relation’’ yang diterbitkan oleh KBRI di Pretoria, Afrika Selatan tahun 2021.
Buku yang diberi pengantar oleh Menlu RI Retno Marsudi dan Dubes RI untuk Afsel Salman Al-Farisi serta berisi tulisan dari pakar seperti Azyumardi Azra, Luqman Rakiep, Mustari Mustafa, Yousuf Dadoo, Ebrahim Salie, Ebrahim Rhoda, Suleman Dangor dan Mustari Mustafa.
“Pada bagian kedua yang membahas terkait Tuan Guru, buku itu dimulai dengan puisi ‘immortal soul’ karya Luqman Rakiep yang sangat menarik,” lanjut Yanuardi. Beberapa tulisan di dalamnya berjudul “From Dar al-Islam to a Place of Sadness: Understanding the struggles of Tuan Guru of Tidore at the Cape of Good Hope 1780-1807” karya Shafiq Morton.
Kemudian tulisan “Tuan Guru’s Educational influence on the colonial Cape Muslims (circa 18th and 19th centuries): A Synopsis” karya Ebrahim Salie yang disusul tulisan “Tuan Guru: His Relevance in the 21st Century” karya Luqman Rakiep and Muttaqin Rakiep dan “Da’wah During the Dutch and British Colonial Period” karya Ebrahim Rhoda.
Buku lainnya yang dianggap penting untuk diulas adalah karya jurnalis masyhur fotografi yang termasuk dalam 500 tokoh muslim berpengaruh di dunia oleh Royal Islamic Institute in Jordan, yakni Shafiq Morton, berjudul From the Spice Islands to Cape Town: The Life and Times of Tuan Guru” yang diterbitkan National Awqaf Foundation of South Africa tahun 2018 setebal 170 halaman.
“Selain melakukan studi pustaka, hal penting juga adalah perlunya membuat film dokumenter tentang Tuan Guru,” tambah Husain Ali.
Selanjutnya, menurut Rektor Universitas Nuku Idris Sudin, perlunya ada komunikasi lebih lanjut dengan Pemerintah Kota Tidore Kepulauan sebagai pihak yang akan mengusulkan Tuan Guru sebagai Pahlawan Nasional, sementara itu studi-studi dapat dilanjutkan dari sekarang.
“Diskusi ini perlu dilanjutkan dengan jalinan komunikasi yang intens dengan Pemerintah Kota Tidore, Kesultanan Tidore dan Keluarga Tuan Guru di Tidore,” lanjut Idris Sudin yang juga diperkuat oleh Zulkifli Ohorella, Kepala Bagian Pemerintahan Kota Tidore, untuk dilakukan komunikasi efektif dengan pemerintah, karena Political will Pemkot Tidore sangat dibutuhkan.
Sedangkan peneliti Jebolan Universitas Nuku Abdul Kadir Ali, berharap dokumen studi terkait Tuan Guru dapat di buat sebaik mungkin dengan berbagai argumen kelayakan sesuai dengan persyaratan Pahlawan Nasional.
Ia juga berharap agar rencana ini dapat berkontribusi positif, tidak hanya bagi Tidore tapi juga dalam diplomasi Indonesia yang sejak lama telah memberikan pengaruh positif bagi bangsa lainnya, khususnya di Afrika Selatan.
Menurut sejarah, Tuan Guru Imam Abdullah Qadhi Abdussalam membangun masjid pertama di Afrika Selatan pada tahun 1794. Masjid yang diberi nama Masjid Auwal tersebut hingga kini masih berdiri kokoh di Dorp Street di area Bo-Kaap, salah satu konsentrasi komunitas Cape Malay di Cape Town.
"Tuan Guru lahir di Tidore pada tahun 1712, dan meninggal di Cape Town pada tahun 1807 pada usia 95 tahun. Tuan Guru tiba di Cape Town dengan kapal VOC, Zeepard, pada tahun 1780 ketika berusia 68 tahun. Belanda mengirimnya ke Cape Town untuk menghalangi interaksinya dengan Inggris, musuh bebuyutan Belanda pada era kolonialisme," jelas Abdul Kadir.
Forum diskusi tersebut akhirnya menyepakati perlu ada timeline agar rencana pengusulan tersebut berjalan dengan lancar. Peserta diskusi dari unsur masyarakat yang peduli pada pentingnya Tuan Guru diusulkan sebagai pahlawan nasional tersebut berencana akan membuat diskusi terpumpun secara berkala.
“Kita berharap diskusi awal ini akan memperkaya studi-studi terkait Tuan Guru Abdullah bin Qadi Abdussalam dan terkait pengusulan beliau sebagai pahlawan nasional membutuhkan sinergi dari semua pihak,” pungkas Husain Ali.
Diskusi dihadiri oleh masyarakat dari berbagai unsur seperti kalangan Akademisi, yakni Idris Sudin (Rektor Universitas Nuku), Irfan Ahmad (sejarawan Universitas Khairun), dan Aji Deni (pakar politik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara/UMMU). Selain itu juga hadir pejabat pemerintah yakni Salahuddin Adrias (Wakil Walikota Tidore 2005-2010), Zulkifli Ohorella (Kepala Bagian Pemerintahan Pemkot Tidore), Husain Ali (Asisten 1 Bidang Pemerintahan dan Kemasyarakatan Pemda Halmahera Tengah), dan Marwan Polisiri (Kepala Dinas Nakertrans Maluku Utara).
Selain itu juga hadir Masyhuri Chalid (Kabid Fipra Bapelitbang Halmahera Tengah) dan Jauhar Jainuddin (salah satu Kabid di Dinas Sosial Pemkot Tidore). Sedangkan dari Afrika Selatan hadir warga negara Afrika Selatan keturunan Indonesia, yakni Syekh Muttaqin Raqiep yang merupakan generasi kelima keturunan Tuan Guru di Afrika Selatan. *