Komisi II DPRD Kabupaten Pulau Morotai melakukan peninjauan langsung ke desa Pandanga dan Juanga di Kecamatan Morotai Selatan, Senin (24/02/2025).
Sinarmalut.com, Morotai - Menindaklanjuti tuntutan air bersih oleh Samurai Maluku Utara, Distrik Unipas, Komisi II DPRD Kabupaten Pulau Morotai melakukan peninjauan langsung ke desa Pandanga dan Juanga di Kecamatan Morotai Selatan, Senin (24/02/2025).
Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Pulau Morotai Erwin Sutanto mengatakan, on the spot ini merupakan kesepakatan bersama dengan Samurai Distrik Unipas pada Jumat (21/02) lalu.
"Di dalam kesepakatan itu kita akan menindaklanjuti dan melihat dan mengecek di lapangan bersama dengan Direktur PDAM dan ketua komisi II dengan anggotanya. Fakta yang kami temukan di lapangan bahwa benar air di desa Pandanga, Juanga berjalan secara bergiliran, satu hari di Juanga satu hari untuk Pandanga," ungkap Erwin Sutanto.
Menurut keterangan Dirut PDAM, kata Erwin, penyebab air air kran mengalir secara bergiliran di dua desa tersebut karena untuk langkah penghematan. Sudah begitu, kurangnya kesadaran warga juga menjadi faktor air mengalir secara bergantian.
“Kurang adanya kesadaran dari masyarakat untuk menghemat air dan banyak yang tidak punya kran air, apabila air sudah mengalir mereka biarkan begitu saja. Yang berikut, banyak masyarakat yang menggunakan pompa air, sehingga ketika jalan maka yang tidak punya pompa air otomatis tidak kebagian,” beber Erwin.
Selain faktor diatas, ada juga faktor lainnya seperti ada pipa induk di empat titik yang mengalami kebocoran. “Pipa saluran air ke hotel Molokai dan Daloha, nanti akan dibuatkan jalur masuk ke desa Pandanga, jadi tidak benar kalau hanya satu pipa yang masuk ke Daloha dan Molokai dan akan dibagi ke desa Pandanga dan Juanga,” kata Erwin.
"Kami juga sudah tinjau dan melihat ke lokasi rumah pompa air di sumber mata air bahwa pompa itu berfungsi dengan baik. Tetapi direktur PDAM mengeluh terkait dengan anggaran perbaikan Falf yang tadi ada kebocoran, jadi ke depan harus diperbaiki dulu untuk meningkatkan tekanan air. Yang berikut, kita akan merekomendasikan bahwa masyarakat harus dipasangkan meteran air supaya terjadi penghematan, karena masyarakat menganggap selama tidak berbayar maka mereka tidak akan menghemat air," sambungnya mengakhiri.
Hasni, warga desa Pandanga ketika diwawancarai mengaku dirinya berinisiatif memasang pompa ke pipa induk karena air tidak mengalir ke rumah sehingga mau tak mau dia menggunakan pompa.
"Kalau kami tidak pasang pompa maka air tidak mengalir dan kami harus beli air tangki, sudah lama air tidak pernah mengalir, jadi kami beli air tangki di Lanal dalam satu tangki itu Rp 250 ribu," katanya.
Hasni mengaku, air tangki yang dipesan itu pemakaiannya hanya selama kurang lebih satu bulan saja. “Kami juga buat bak penampung, ini sudah lama dan alasanya karena kami menampung air hujan dan hampir rata-rata masyarakat di Pandanga juga punya bak penampung," ungkapnya. *