Foto ilustrasi
Sinarmalut.com, Morotai - Duka mendalam menyelimuti pasangan suami istri Mus Jepi dan Indri Hi Taib warga Desa Daeo, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, setelah kehilangan seorang bayi berusia dua bulan.
Kematian bayi malang itu diduga disebabkan oleh kurang maksimalnya pelayanan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ir Soekarno Morotai. Orang dua bayi tersebut melaporkan bahwa anak mereka mengalami penanganan yang tidak memadai saat dirawat di unit gawat darurat (IGD) dan ruang anak.
Bayi tersebut dibawa ke rumah sakit pada Selasa, 22 April 2025, sekitar pukul satu malam, dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sayangnya, meskipun sudah mengantri dan menunggu selama lima jam, dokter spesialis anak baru hadir di pagi hari, tanpa adanya penanganan dan pemeriksaan yang memadai selama malam itu.
Ayah dari bayi malang itu mengungkapkan bahwa saat di IGD, dokter sempat melarang anak mereka untuk meminum susu. Hal ini membuat dia dan istrinya ragu untuk memberikan susu kepada anak mereka.
"Saat anak saya menangis dan meminta minum, kami takut memberikan susu karena larangan dari dokter di IGD. Malam itu juga anak saya mengalami kejang-kejang," cerita Mus Jepi, ayah dari bayi malang itu kepada wartawan, Rabu (23/4/2025).
Ketika dipindahkan ke ruang anak, ia berusaha mengurus BPJS untuk anaknya. Namun, pada malam harinya, kondisi bayi semakin memburuk. Dokter mendatangi mereka hanya untuk memberi tahu bahwa anaknya mengalami dehidrasi. Kejadian ini membuatnya merasa bingung dan marah, mengingat sebelumnya telah dilarang memberikan minum.
"Dokter mengatakan anak saya kurang cairan. Saya katakan, 'tapi bukankah kalian yang melarang saya memberikan minum?' Mereka terkesan acuh tak acuh, dan saat saya ingin menanyakan lebih lanjut, respons dokter sangat lambat," katanya dengan nada sedih.
Setelah beberapa waktu di ICU, bayi tersebut dinyatakan meninggal dunia pada Rabu, 23 April 2025, pukul 03.00 WIT, tanpa ada dokter yang menjelaskan situasi kepada orang tua bayi tersebut. Kini, keluarga korban berencana melaporkan kejadian itu kepada pihak kepolisian dan pemerintah setempat agar pelayanan kesehatan di RSUD Ir Soekarno bisa ditingkatkan dan hal serupa tidak terjadi di masa depan.
“Kami meminta Pemda Morotai evaluasi dokter di rumah sakit tersebut, sehingga kejadian ini tak terulang lagi. Sebab ini menyangkut nyawa orang, jangan main-main,” kata Mus dengan nada kesal.
Sementara Direktur RSUD Ir Soekarno Kabupaten Pulau Morotai, Dr. Tonny Humbas, yang dikonfirmasi menyampaikan bahwa pihak rumah sakit selalu berupaya memberikan pelayanan terbaik. Ia menegaskan bahwa setiap keluhan pasien dan keluarga dapat menjadi masukan berharga untuk perbaikan layanan.
"Kami selalu berusaha maksimal dalam penanganan setiap pasien. Namun, jika ada masalah dalam pelayanan, kami siap menerima kritik dan akan melakukan evaluasi," tuturnya.
Dr. Tonny menjelaskan, untuk pasien yang berobat di Poli, dilayani dokter spesialis dan yang berobat di IGD adalah dokter jaga IGD, yang kemudian dikonsulkan ke dokter spesialis. Jika dirawat Inap langsung dirawat oleh dokter spesialis yang melakukan visite pemeriksaan pasien.
“Biasanya pagi hari dan sesudah itu instruksi dokter ahli dijalankan perawat jaga dan dipantau dokter jaga ruangan sampai sembuh dan dibolehkan pulang," katanya.
Menurut Tonny, apabila pasien meninggal saat perawatan, maka kemungkina karena sakitnya sudah serius dan parah sehinga butuh perawatan yang khusus. “Jika sampai meninggal, juga itu sudah kuasa yang Maha Kuasa dan kami petugas medis hanya perpanjangan tangan dari Sang Pemilik Kehidupan," imbuhnya. *